Episode 2
Story: Impossible Is Nothing (Child Devil) Author:Nickolas Rahardian words:6014 Update time:2020-07-29 17:51:12
Sungguh suatu hal yang tidak masuk akal ketika ia melihat kenyataan aneh tampak didepan mata, yakni gubuk yang ia singgahi tadi tiba-tiba menghilang, bahkan seluruh tempat yang sebelumnya terlihat semak-semak seperti hutan biasa, kini berubah menjadi sebuah telaga yang cukup curam dari tempat ia berdiri saat ini.
Tanpa pikir panjang, lekas ia segera meninggalkan lokasi tersebut untuk segera kembali ke tempat mobilnya berada.
Namun, sudah cukup lama ia berlari dari tempat tadi menuju ke arah mobilnya berada, tidak jua sampai disana.
"Huff huff huuf" ia berhenti sejenak untuk mengambil napas sembari menoleh ke kanan dan ke kiri tidak lupa jua menoleh kembali ke arah belakang. Sontak ia semakin terkejut setelah melihat apa yang terjadi.
"Tidak, Itu mustahil." Lirihnya kala melihat pada area belakang sudah tertutup kabut tebal nyaris tidak terlihat lagi hutan yang ia pijak tadi. Anehnya pada area depan masih terlihat seperti biasa.
Alhasil ia segera melanjutkan kembali langkahnya menelusuri jalan setapak yang ia lintasi tadi saat masuk kedalam hutan tersebut.
***
Beberapa saat kemudian, ia berhasil keluar dari hutan itu, kini sampai pada lokasi mobilnya berada tadi.
Lekas ia masuk kedalam kendaraan nan menghela napas dalam-dalam.
"Huufff"
Sejenak ia melihat ke arah jam tangan, waktu saat ini menunjukkan pukul 16:30 pm. Cuaca disana sudah terlihat gelap sebab awan masih tertutup mendung hitam pekat pertanda bahwa akan turun hujan badai.
Alhasil, ia kembali mengemudikan kendaraan untuk melanjutkan perjalanan pulang yang sempat tertunda tadi.
Meskipun yang barusaja Arvin alami adalah nyata dari suatu hal diluar nalar namun ia enggan untuk memikirkan tentang hal tersebut. Ia menutup ingatannya sendiri bagaikan menutup sebuah buku cerita dan tidak akan membukanya lagi.
***
Malam hari kemudian, ia sudah sampai di kediamannya. Disambut hangat oleh sang istri tak lupa kebiasaan yang selalu ia lakukan tetap ia lakukan yakni mencium kening sang istri.
"Em ... Papa pasti lelah, sebaiknya mari kita makan malam dulu" Ucap Airha seraya mengambil tas beserta jas dari sang suami.
"Wah, rupanya Mama masak ya ... pantas saja aromanya sudah tercium dari jalan tadi" Goda Arvin tersenyum hangat.
"Ah, Papa memang paling pandai deh merayu Mama." Balas Airha tampak manja.
Lanjut keduanya makan malam bersama seperti hari-hari biasa.
Meskipun mereka sudah lama menikah dan belum jua memiliki keturunan, namun tidak membuat keharmonisan dalam rumahtangga mereka goyah. Sebab keduanya saling mencintai setulus embun pagi yang tetap sejuk meskipun dalam musim kemarau.
***
Hari demi hari yang mereka jalani masih seperti biasa yakni Arvin bekerja, sementara Airha menjalani rutinitas harian di rumah untuk menjaga kesehatan.
Satu bulan kemudian, Kabar gembira datang dari Almira (Adik-nya Airha) bahwa dia akan melangsungkan pernikahan dengan seorang pria mapan pilihan hatinya bernama Vernan.
Acara pesta pernikahan kini sudah berlangsung sangat meriah, Arvin dan Airha kala menyambut para tamu dengan senyum hangat. Namun sebaliknya banyak kalimat yang keluar dari mulut para tamu tersebut cukup menyayat hati keduanya.
Bagaimana tidak? Sebab kalimat yang seringkali terdengar adalah pertanyaan yang mereka berdua tidak tau harus menjawab apa, yakni kalimat 'Kapan kalian memiliki momongan?'
Ya, kalimat itu yang seringkali mereka dengar membuat Airha selaku menjadi istri down. Namun Arvin sendiri selalu menyemangatinya sebab hasil pemeriksaan yang sering mereka lakukan, dokter sudah menyatakan bahwa tidak ada masalah kesehatan apapun dari keduanya. (Tidak mandul)
Keluarga dari mempelai pria sangatlah sedikit, begitupula dari mempelai wanita, sebab Airha dan Almira adalah anak yatim piatu dari kecil dan jua keluarga dari almarhum orangtua mereka jua sangat sedikit jumlahnya.
Maka tidak heran jika para tamu dari keluarga inti sangatlah sedikit yang hadir, namun tidak membuat kemeriahan pesta pernikahan ini sepi, karena banyak jua tamu yang hadir dari seluruh rekan-rekan mempelai pria maupun dari mempelai wanita.
Ketika mereka sedang pesta makan malam, Airha merasa mual saat dirinya hendak menyantap salahsatu menu makanan yang tersaji.
"Ada apa Ma? Apa Mama baik-baik saja?" Tanya Arvin khawatir.
"Jauhkan makanan itu Pa, Mama tidak ingin melihatnya, aromanya membuat mama mual" Jawab Airha sembari menutup mulut.
Sontak Arvin merasa heran, sebab yang ia ketahui tentang sajian favorit dari sang istri adalah aneka masakan yang berasal dari daging.
"Apa Mama sedang tidak enak badan? Bukankah jenis masakan ini adalah Favorit Mama, ayo makanlah sedikit sayang" Lanjut Arvin mengambil makanan tersebut dengan sendok lekas menyuapi sang istri tanpa ragu.
Namun sebaliknya, Airha masih saja menutup mulutnya dengan tangan tampak ekspresi wajahnya benar-benar enggan melihat makanan tersebut apalagi untuk memakannya.
"Ma, jangan membuat malu. Makanlah sedikit" Bisik Arvin seraya menoleh kesejumlah orang saat posisi Airha sedang menutup mulutnya.
Merasa jadi pusat perhatian Airha pun merasa tidak enak, alhasil ia lekas memakan sesuap. Akan tetapi setelah ia makan satu suap dari makanan yang berjenis daging tersebut ia tidak bisa menahan diri dari rasa mual yang sangat membelenggu di perut dan jua tenggorokan.
Alhasil ia pun langsung memuntahkannya di meja.
"Huuueee"
"Astaga, Ma." Seru Arvin terkejut.
Sontak membuat para tamu yang menyaksikan merasa ilfil. Arvin merasa malu lekas ia pun pamit undur diri hendak membawa sang istri membersihkan diri.
Namun, baru satu langkah mereka berpijak dari meja tadi, tiba-tiba Airha langsung terjatuh.
Brak!
"Astaga Tuhan, Ma" Seru Arvin lekas meraihnya.
Sontak menjadi pusat perhatian dari seluruh para tamu undangan termasuk kedua pengantin. Lekas Almira dan Vernan selaku pemilik pesta, datang mendekat untuk melihat apa yang terjadi.
"Ada apa ini bang, kakak kenapa?" Tanya Almira khawatir saat melihat sang kakak sudah tidak sadarkan diri.
"Sebaiknya segera bawa dia ke rumah sakit Vin" Saran Vernan.
"Baik, maafkan kekacauan ini Mir, Ver, Kami.." Arvin hendak berkata lebih banyak kalimat, namun langsung terpangkas oleh Vernan.
"Jangan sungkan, segeralah bawa dia ke rumah sakit, dan segera kabari kami" pungkas Vernan.
***
Alhasil Arvin segera bergegas membawa sang istri menuju ke rumah sakit. Sesampainya disana lekas Airha langsung ditangani oleh dokter.
Beberapa menit kemudian, Arvin mempertanyakan tentang kesehatan sang istri begitu dokter usai menjalankan tugasnya.
"Tidak perlu cemas Pak, istri anda baik-baik saja hanya perlu istirahat yang cukup untuk memperkuat janin yang ada didalam kandungan istri anda"
"Apa dokter? Jadi ... istri saya sedang mengandung?" Arvin terkejut tampak sangat gembira mendengar pernyataan tersebut.
"Benar sekali pak, saya ucapkan selamat untuk anda, pak" Lanjut Dokter tersenyum hangat.
"Puji Tuhan, terimakasih oh Tuhan …" Lirih Arvin tiada henti-hentinya memanjatkan syukur kepada sang pencipta, sebab apa yang ia dambakan beberapa tahun kini sudah terwujud.
Usai berbincang dengan Dokter, lekas ia segera menemui sang istri.
